Rabu, 10 November 2010

Obama, the hate but longing

OmBama less a day in Indonesia and its charm is horrendous!

As we can observe there are two camps in that country-do love comments, the stronghold of cold and heat fastness.
From the perspective stronghold cold, argued that the arrival of the soothing omBama provide hope for this country (including the making of this country markets for U.S. products); is for camp heat, argued that omBama still not able to prove its promises for soothing hot camps.

No matter who is wrong or right; for me, omBama is one of the many people who have great communication skills in addition to Sukarno, Kennedy and Reagan! However, if given the choice I would choose Sukarno as the original product of this nation!

As one of the Indonesian's founding father, Sukarno, has proven the ability if he thought that worldwide, although its actions aimed principally his own people (think globally, act locally rather than act globally, think locally) and it is appreciated by omBama as a leader of the nation which he said great.

Finally, one thing I need to underline: "We should not expect too much on others to solve our problems, because it will only lead to disappointment mere"
No matter where we are, inside or outside, which is important we understand our own goals

Senin, 01 November 2010

The bus fare willing to pay by user’s due to a policy to reduce fuel price subsidies in Bandar Lampung


Public transport system management is not a simple thing. There is including various aspects, i.e.: the provision of transport mode, organizing the route, determining fares and so on. Moreover, that involves parties such as users, service provider as operators and the government as the decision makers (regulators), especially in great setting fares.
Determination of fare policy involves many aspect, including cooperation and supervision among the agencies in charge of the public transport system as a whole. Factors that can not be ignored in determining the fare structure is large and the operating cost of vehicles used as a means of conveyance plus profit margins that have obtained vehicle operator as provider of transportation services, let alone the government does not provide subsidies in any form.
Fare has a significant relationship to the level of public transport services. The poor level of public transport services will cause users to leave using public transport as a means of fulfilling their mobility. Sometime, users feel that there is some lack of public transport service such as less convenient, less fast and with no freedom to choose a route when compared to using private vehicles. Due of this condition, the number of users will decrease significantly and will lower the revenue of service providers too. This condition is shown by the tendency of the increasing number of private vehicles on the road that will eventually result in congestion in everywhere.
The condition has been descript above, will grow worse if the government of Indonesia adopted a policy to reduce fuel price subsidies. Ascertained, the increase in fuel prices will further increase vehicle-operating costs to be borne by the public transport operators. The first solution that operators have taken is raising the transport costs. On the other hand, the widespread effects that comes from increasing in fuel prices has directly felt by users too. The increasing in all basic needs prices and transport costs will automatically increase the live load is quite big.
To reduce the social impacts that arise due to upward adjustment in transport costs, the proper fare must set in accordance with their capabilities and expectations of all parties involved in the operation of public transport service i.e. users and operators.

Senin, 18 Oktober 2010

Charcoal from coconut shell and durability of asphalt pavement (arang tempurung kelapa dan keawetan jalan)

Asphalt binder commonly produced from natural resource is a non-renewable material. Asphalt binder demand continuously increased especially for pavement material. It is necessary to economize asphalt binder by increasing its stability and durability of asphalt pavement. From our literature study, we find that carbon black can be use as one of additives material that could increase stability and durability for asphalt pavement. One of the primary materials to produced carbon black is charcoal from coconut shell, and then called as “ATK”. Our research result shows that by adding ATK in asphalt binder between five to ten percent could increased the stability of asphalt pavement. In contrast, the effects of water to ATK that had been adding in the asphalt binder could decrease the stability and durability of asphalt pavement.

archive

Rabu, 26 Agustus 2009

BIKINI LETISHA dan KESOMBONGAN Si JIRAN MALAYSIA

Kembali bangsa ini diterpa hebohnya isu “bikini letisha dan klaim budaya Malaysia atas tari pendet”
Meski akhirnya belum berhasil, namun letisha masih boleh berbangga, karena sempat menjadi terfavorit versi polling internet karena tampilan Srikandi lengkap dengan panahnya (bukan karena bikini 2 piecesnya)!!! Hal yang terjadi di dunia luar sana, berbeda dengan yang terjadi di dalam sini yang lebih menghebohkan bikini letisha (bukan menghebohkan keagungan budaya bangsa)!!! Busyet dahh...
Trus apa hubungannya dengan klaim si Jiran Malaysia atas tari pendet???
Tari pendet yang aslinya ada di Bali, oleh Malaysia diklaim sebagai bagian dari budaya rumpun Melayu karena dianggap sebagai budaya bangsa Indonesia yang masih saudara serumpun (klise buanget yha???). Harus ditegaskan bahwa ada yang salah dari persepsi si Jiran ini!!! Bahwa budaya Bali adalah bagian dari keBhinekaan budaya bangsa Indonesia adalah yes, tetapi budaya bangsa Indonesia belum tentu budaya Bali!!! Sudah pasti logika ini berlaku dalam kontek budaya Melayu yang tumbuh dan berkembang di Indonesia.
Tari pendet adalah budaya yang tumbuh dan berkembang di Bali sebagaimana dengan budaya Hindu-Balinya (yang membedakan dengan budaya Hindu India ataupun Hindu lainnya). So, klaim si Jiran adalah salah besar, omong kosong, dan hanya memperlihatkan kesombongan dan kekurang-ajaran bangsa Malaysia!!!
Hikmah yang dapat diambil dari kejadian ini adalah bahwa bangsa lain ternyata lebih bisa mengapresiasi keagungan budaya bangsa Indonesia; sedang kita sebagai anak bangsa mencoba ingkar terhadap keagungan budaya sendiri. Kita sekarang sibuk mencari identitas (jati diri) dengan mencontek/mengkopi/meniru budaya dari luar yang ukuran/standar-nya terasa asing dan tidak kita pahami; ada yang sok keBarat-baradusa (kedinginan jadinya) dan ada yang sok keArab-araban (kepanasan jadinya)!!! Akibatnya kita menjadi bangsa yang lebih liberal dibandingkan kakek buyutnya negara-negara liberal. Kita lebih mementingkan ”citra diri” yang cenderung bersifat individual dan eksklusifitas komunal dibandingkan mengutamakan semangat kebersamaan dan kegotong-royangan.
Budaya utama bangsa Indonesia adalah budaya gotong royong (sebagaimana pernah dikemukakan oleh salah satu pendiri bangsa Ir. Sukarno dengan konsep ”Eka Sila” yang merupakan inti dari dasar negara ”Panca Sila”; itulah sebabnya mengapa setiap ekspresi budaya yang tumbuh dan berkembang di seluruh wilayah Indonesia selalu melibatkan lebih dari satu orang dan secara bersama-sama!!!

Sekian, kepareng tabik, amit mundur, mohon maaf apabila ada salah-salah kata.

Rabu, 28 Januari 2009

Kompetensi dan Profesionalisme

asal usil.....:-)

Malam ini saya, belum tidur karena masih kepikiran diskusi kecil yang saya lakukan dengan Dr. Munip dari UIN Sunan Kalijaga dua hari ini.

Sebenarnya diskusi ini merupakan bagian dari penelitian tentang toleransi dan keberagaman dalam kehidupan beragama, mengapa negeri ini yang katanya menjunjung tinggi nilai-nilai ke-Bhineka-an pada praktek nyata masih menyimpan prasangka diantara sesama anak bangsa???

Lha... trus, apa hubungannya dengan kompetensi dan profesionalisme????

Jika diurut-urut (biar lurus dan g' ruwet!!!) mungkin itu semua berakar kepada permasalahan ego manusia ehh....setiap anak bangsa. Katanya, semangat kebangsaan (biar keren "nation") hanya akan terwujud jika ada perasaan senasib dan sepenanggungan!!! lah... kalo pada kenyataannya kalo yang berkembang semangat "enthuk akeh kurang akeh" jadinya yha..."asu gedhe menang kerahe" maksudnya sudah dapat banyak kurang banyak jadinya menang-menangan (mbok ya ingat yang lain...)!!! singkat cerita ini yang bisa kita sebut ego manusia yang tidak dikendalikan!!! trus apa gunanya nilai-nilai moral dan etik agama dikibarkan??? apa hanya sebagai simbol ataukah sekedar aspek legal dan tanda kenal???

Kembali pada pertanyaan “Apa hubungannya dengan kompetensi dan profesionalisme???” sabar tho.....

Begini, pemahaman ataupun tafsir akan nilai-nilai dan aturan suatu agama sebenarnya pada setiap individu dari penganut agama tersebut pada dasarnya adalah tidak sama, ini sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, wawasan dan pergaulan dari individu (apa lagi yha???). Nahh!!! agar tercipta suatu keteraturan sebagaimana kita harapkan bersama mungkin perlu ditentukan kesamaan sudut pandang (ONE VISION kata si fredie mercury bareng grupnya Queen, he..he..) agar didapat titik singgung (atau titik temu yha?) pemahaman ataupun tafsir terhadap nilai-nilai ataupun aturan tersebut. Kondisi ideal ini secara sistematis dan strategis hanya dapat dicapai melalui institusi "pendidikan"!!! sehingga, idealnya mereka yang memiliki profesi sebagai penjaga moral dan etik seharusnya memiliki dasar pendidikan keagamaan!!! bukan dari antah berantah (inilah yang diawal disinggung "mbok ya ingat yang lain...)!!!

Realita yang ada, terkadang... bahkan sampai banyak kejadian… si A yang tidak diketahui asal-usulnya ataupun si B yang terkenal sebagai seorang ahli bidang ilmu... menjadi terkenal sebagai tukang dakwah dan ceramah keagamaan!!! dia lebih disukai karena gaya bicaranya yang ilmiah (atau ngilmiah...yha?) sehingga terasa lebih mengena..., pas..., sreg... dihati umat (saya sangat setuju jika para penjaga moral memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik sehingga mampu mengaktualkan nilai-nilai keagamaan dalam konsep kekinian).

Ini hal yang baik, sepanjang “semangat” dilakukan secara sadar hanya dan hanya untuk tujuan mengingatkan ataupun menyadarkan sesama!!! tetapi ketika “sudah terdapat pemahaman si A atau si B kalo ceramah bagus, indah, enak dsb, sehingga kalo ceramah harus si A atau si B!!! apa yang berkembang selanjutnya tidak semangat popularitas???

“Popularitas sama dengan materi berlimpah”

Kalo memang begini adanya, apapun akan dilakukan!!! Batasan nilai “semangat” disini akhirnya akan bias dan yang tahu hanyalah nurani si A dan si B semata bukan orang lain!!!

Profesionalisme sama dengan Popularitas, tapi
Popularitas belum tentu sama dengan Profesionalisme


Bener tidaknya ungkapan diatas adalah kembali ke pemahaman kita masing-masing, saya hanya ingat kalimat kang Ebet Kadarusman ”Memang baik jadi orang penting, tapi lebih penting jadi orang baik”.

Sekian, mohon maaf apabila ada salah-salah kata !!! ”Dadiyo wong kang biso rumongso, ojo rumongso biso” yang artinya ”jadilah orang yang bisa merasa, jangan jadi orang yang merasa bisa” atau singkat kata mbok yha ”tahu diri”!!!!!

Jumat, 17 Oktober 2008

JEMBATAN SELAT SUNDA AKANKAH MENJADI SEBUAH KENISCAYAAN?

prensented at: Konferensi Regional Teknik Jalan Ke-10, Hotel Shangri-la, Surabaya, 11 - 12 November 2008

Tundaan atau antrian (delay) merupakan satu kelemahan yang ada pada penyeberangan Merak-Bakauheni sebagai infrastruktur penghubung antara pulau Jawa dan Sumatera. Secara kasat mata kondisi ini rutin terjadi pada saat hari libur terutamanya libur Lebaran dan Natal, serta pada saat kondisi cuaca yang kurang baik. Isu pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS) sebagai penghubung tetap (fixed link) diharapkan dapat menjadi alternatif solusi terhadap tundaan pada penyeberangan Merak-Bakauheni.
Terhadap masyarakat, manfaat dari ide pembangunan JSS ini dapat diperkirakan dari besarnya peluang pengguna jasa penyeberangan JSS (demand) yang akan berpindah dari moda penyeberangan eksisting yaitu kapal Ro-Ro. Metode stated preference (SP) dalam hal ini dapat digunakan untuk mengetahui respon masyarakat calon pengguna jasa penyeberangan JSS dan mengidentifikasi atribut-atribut yang berpengaruh terhadap preferensi pemilihan moda penyeberangan.
Ternyata, pada kondisi normal tidak terjadi antrian yang parah, tarif merupakan atribut utama yang berpengaruh dalam preferensi pemilihan moda penyeberangan. Semakin besar selisih tarif antara kapal Ro-Ro dan JSS, maka probabilitas perpindahan ke JSS semakin kecil. Kelompok pengguna berdasarkan jenis kendaraan yang memiliki probabilitas terbesar untuk berpindah menggunakan JSS adalah pengguna kendaraan pribadi, kemudian disusul kendaraan penumpang dan kendaraan barang. Peluang pengguna kendaraan pribadi berpindah moda dari kapal Ro-Ro menjadi JSS terjadi jika selisih tarif JSS < 2,8 kali tarif kapal Ro-Ro. Untuk kendaraan barang dan kendaraan penumpang, peluang perpindahan moda akan terjadi jika selisih tarif JSS < 2,7 kali tarif kapal Ro-Ro.
Tantangan selanjutnya, bisakah tarif JSS lebih murah dari hasil perhitungan diatas? Bukankah penetapan besaran tarif terkait dengan hitung-hitungan investasi? Apalagi investornya swasta atau orang lain dari seberang!!!

n.b. sayang yha? nggak ada data waktu terjadi antrian parah, abii...sss duitnya kurang (modal sendiri)!!! btw, thank’s to melly dan teman-teman yg sudah susah-susah survey

Kamis, 16 Oktober 2008

BETON KERING, KENAPA NGGAK???

prensented at: Konferensi Regional Teknik Jalan Ke-10, Hotel Shangri-la, Surabaya, 11 - 12 November 2008

Beton kering (dry concrete) adalah beton biasa yang terdiri dari semen, air dan batu pecah. Hal yang membedakannya dari beton biasa adalah bahwa beton kering dicampur kering dan memiliki kekentalan yang cukup untuk dihamparkan menggunakan alat penghampar aspal (asphalt finisher) dan dipadatkan menggunakan alat pemadat roller, makanya kadang disebut dengan istilah roller compacted concrete (RCC). Karena itu, beton kering dapat dimanfaatkan untuk konstruksi jalan dan bendungan.

Keuntungan pemakaian beton kering pada konstruksi jalan, adalah sangat dimungkinkan beton kering dilaksanakan tanpa sambungan dan dicampur kering, sehingga retak yang terjadi akibat kegagalan pelaksanaan sambungan dan penyusutan (shrinkage) pada konstruksi perkerasan beton semen dapat diminimalisir. Apalagi setelah dicoba pada skala laboratorium menggunakan alat pemadat wheel tracking compactor, hasilnya tidak mengecewakan.
Dengan komposisi rasio agregat kasar dibanding agregat halus 50 : 50 dan faktor air semen 0,3; kuat tekan dan kuat tarik lentur yang dihasilkan adalah rata-rata sebesar 34,37 Mpa dan 3,89 MPa. Hasil ini memenuhi persyaratan teknis untuk perkerasan beton, yaitu kuat tarik lentur beton pada umur 28 hari harus berkisar 3 – 5 Mpa (Pd T-14-2003).

n.b. sayang yha? yang berkompeten di bidang jalan banyak yang kurang peduli!!! btw, thank’s to tim pimnas’2008 ftjs-unila di semarang; pengalaman adalah guru yang terbaik guy’s